Thursday, August 30, 2012

You, Me, Us and Distance


“Hun, aku dapet tawaran overseas lagi. Kali ini prospeknya lebih menjanjikan”. 




Aku masih ingat saat dia mengucapkan kata-kata itu, perasaanku campur aduk rasanya. Seneng, sedih, kesel, marah, pengen nangis,  bahagia, bersyukur. Semua perasaan itu berlomba-lomba meminta perhatianku. Aku gak tahu harus mengikuti perasaan yang mana. Mungkin dari semua itu, perasaan yang paling dominan adalah bingung. Bingung karena aku baru 7 bulan merasakan indahnya bersama laki-lakiku ini, aku bahkan belum merasa becus-becus amat menjadi pacarnya. Masih banyak yang harus aku pelajari bersamanya, banyak yang ingin aku lakukan bersama laki-lakiku. Tapi, Tuhan ternyata punya rencana lain. Dia membuat kami harus terpisah jauh lagi.

Kok, rasanya berat banget. Mungkin inilah kata-kata yang paling tepat untuk melukiskan betapa aku tidak ingin berpisah lagi dengan laki-lakiku. Laki-laki yang sejak 7 bulan yang lalu nyata hadir dalam hidupku. Laki-laki yang membagi semua cinta dan perhatiannya denganku. Kini, laki-lakiku harus pergi jauh lagi, berlayar mengelilingi dunia lagi, untuk waktu yang tidak singkat. 7 bulan, ya 7 bulan jauh dariku, jauh dari jogja, dan jauh dari tanah airnya. Setiap kali aku mengutarakan betapa beratnya mengizinkan dia pergi, dia akan menatapku dengan serius dan mulai menjelaskan panjang lebar tentang alasannya pergi, bukan untuk meninggalkan aku tanpa kepastian, tapi dia pergi untuk bekerja demi masa depan. Masa depan yang katanya milik kami berdua. 

Akhirnya,  aku mengamini juga keinginannya untuk pergi. Waktu itu, rasanya seperti akan mengerjakan test yang sangat penting, tapi kali ini gak ada jawaban yang salah. Apapun hasilnya pasti benar dan itu adalah yang terbaik buat kami.

As your information, being in Long Distance Relationship  is not easy. Oh my God, aku bisa gak ya?. Aku sudah pernah mengalaminya, dan aku sebenarnya tidak ingin merasakannya lagi.  Tapi tiap kali aku merasa ragu, aku selalu berdoa meminta jawaban pada TUHAN. Sampai akhirnya aku tau kenapa Tuhan mengizinkan ini terjadi, karena Tuhan tahu aku bisa. 

Dan aku yakin, aku memang bisa. Walaupun aku tahu pasti, hubungan jarak jauh itu sulit dan pasti akan banyak cobaannya, tapi aku yakin pasti bisa kok. Memang akan ada pengorbanan disana-sini, tapi pasti bisa.

Aku yakin, Tuhan gak akan lupa sama aku, sama dia, sama komitmen kami. Aku yakin selain nitipin dia ditempat lain, TUHAN juga nitipin kekuatan untuk kami supaya kami bisa bertahan.

I’m sure this is all just a phase. 

Toh, apapun yang terjadi, sesibuk apapun dia. Aku selalu tahu hanya akulah yang ada dihatinya, tidak ada yang berubah. Dia adalah anugerah dari Tuhan untukku, karena Tuhan tahu pasti, akulah yang meminta laki-laki yang tangguh dan mau bekerja keras, jadi Dia memberikan laki-laki yang sesuai dengan permintaanku. tidak ada ruang untuk mengeluh atas keputusanNya ini.

Merelakan laki-lakiku pergi jauh dariku adalah pengorbanan besar. Tapi aku tahu, bahwa dia ada dijalan yang benar dan dia akan pulang. Memelukku lagi dan tertawa bersamaku lagi. Tuhan tahu  kelapangan hatiku mengizinkan dia pergi adalah caraku mencintainya.


Dan yang aku tahu. 

Dimanapun laki-lakiku berada, 

seluas apapun samudera memisahkan kami. 

Tuhan akan menjaga dia untukku.